Nabi Luth ialah anak saudara Nabi Ibrahim
tetapi dia
menetap di Sagum, Jordan. Moral penduduk
yang
dihadapi oleh Luth luar biasa rosaknya.
Mereka melakukan
berbagai-bagai kejahatan dan yang paling
parah baik lelaki
mahupun perempuan ialah memuaskan nafsu
seksual sesama jenis.
Maka turunlah musibah yang amat dahsyat
berupa bencana alam
yang sangat mengerikan. Negeri itu
digoncang sehingga
seluruh kaumnya binasa. Hanya Luth dan
dua orang anak
perempuannya yang terselamat.
Luth adalah putera Haran bin Tarikh (Ayah dari Ibrahim A.S). Luth adalah
putera saudara Ibrahim Khalilullah yang bernama Haran. Sebagaimana telah
disebutkan, Ibrahim, Haran dan Nahur adalah saudara kandung.
Luth A.S pergi meninggalkan tempat tinggal pamannya, Ibrahim A.S atas
perintah dan izin menuju ke sebuah daerah yang dikenal dengan Gharzaghar, lalu
ia singgah di kota Sadum, yaitu ibukota Gharzaghar. Penduduk Gharzaghar terdiri
dari orang-orang jahat dan kafir. Mereka sering melakukan perampokan dan
melakukan berbagai kemungkaran.
Mereka melakukan kemungkaran dalam bentuk baru yang belum pernah dilakukan
seorangpun sebelumnya, yaitu homoseksual (hubungan seksual sesama jenis). Lebih
dari itu, mereka meninggalkan wanita dan menyerahkan mereka kepada orang-orang
shalih saja.
Luth A.S menyeru mereka untuk menyembah Allah S.W.T serta melarang mereka
mengerjakan perbuatan keji mereka. Luth A.S mengatakan kepada mereka, “Mengapa
kalian mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan
oleh seorangpun sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka) bukan kepada wanita.”
Jawab kaumnya, “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu
ini. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan
diri.”
Tahun demi tahun berlalu sedangkan Luth A.S tetap sabar berdakwah kepada
kaumnya, menyerukan mereka agar beriman dan mengikuti jalan yang benar. Luth
berkata: “Hai kaumku, inilah puteri-puteri (negeri)ku, mereka lebih suci bagi
kalian.” Namun penolakan terhadap seruan-seruan Luth semakin meningkat sehingga
kaumnya mengatakan:
“Datangkanlah kami Azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang
benar.”
Kemudian Luth berdoa kepada Allah agar menolongnya dan mendatangkan azab
kepada kaumnya. Kemudian Allah S.W.T mengutus beberapa malaikat yang datang
kepada Nabi Luth dalam sosok pemuda-pemuda yang tampan. Malaikat-malaikat
tersebut sampai di pagar kota Sadum, dimana anak perempuan Luth A.S sedang
mengambil air.
Salah satu malaikat bertanya kepada anak itu, “Wahai anak perempuan, apakah
ada rumah disini?” Anak Nabi Luth tercengang melihat ketampanan orang-orang
tersebut. Lalu ia menjawab: “Hendaklah kalian tetap disini sampai aku
memberitahu ayahku, kemudian ayahku akan mendatangi kalian.”
Anak itu kemudian memberitahu ayahnya, “Ayahku, ada pemuda-pemuda yang ingin
menemuimu di pintu kota. Aku belum pernah melihat wajah-wajah seperti mereka.”
Setelah itu Luth bergegas menuju pintu kota dan menemui tamunya. Ketika Luth
melihat wajah-wajah mereka, Luth A.S berkata kepada dirinya sendiri: “Ini adalah
hari yang sangat sulit.”
Beliau bertanya kepada mereka: “Dari mana kalian datang dan apa tujuan
kalian?” Para malaikat malah terdiam dan justru memintanya untuk menjamu
mereka.” Kemudian beliau berjalan di depan mereka sedikit lalu beliau berhenti
sambil menoleh kepada mereka dan berkata: “Saya belum mengetahui kaum yang lebih
keji di muka bumi ini selain penduduk negeri ini.” Beliau mengatakan demikian
dengan maksud agar mereka mengurungkan niat mereka untuk bermalam di negerinya.
Namun mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Luth dan mereka tidak memberikan
komentar atasnya.
Kemudian Nabi Luth dengan sangat berhati-hati membawa mereka ke rumahnya.
Kegelapan mulai menyelimuti kota. Nabi Luth menemani tiga tamunya itu berjalan
menuju rumahnya. Tak seorang pun dari penduduk kota yang melihat mereka. Namun
isterinya melihat mereka sehingga ia keluar menuju kaumnya dan memberitahu
mereka kejadian yang dilihatnya. Kemudian tersebarlah berita dengan begitu cepat
dan selanjutnya kaum Nabi Luth beramai-ramai ke berkumpul di depan rumah beliau.
Allah SWT berfirman:
“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia
merasa susah dan merasa sempit dadanya kerana kedatangan mereka, dan dia
berkata: ‘Ini adalah hari yang amat sulit.’ Dan datanglah kepadanya kaumnya
dengan bergesa-gesa. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan
perbuatan-perbuatan yang keji.” (QS. Hud: 77-78)
Nabi Luth bertanya pada dirinya sendiri: “Siapa gerangan yang memberitahu
mereka?” Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari isterinya namun
ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah kesedihan Nabi Luth.
Nabi Luth berkata kepada kaumnya:
“Dia berkata: ‘Hai kaumku, inilah puteri-puteri (negeriku) mereka lebih suci
bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku
terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal.” (QS. Hud:
78)
“Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kamu telah tahu bahawa kami tidak
mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu
mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.’” (QS. Hud: 79)
Nabi Luth kemudian masuk kembali kedalam rumahnya dan berkata kepada dirinya
sendiri:
‘Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat
berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).’” (QS. Hud: 80)
Pada saat itulah para malaikat berkata:
‘Hai Luth sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali
mereka tidak akan dapat mengganggu kamu.” (QS. Hud: 81)
Lebih lanjut para malaikat itu memberitahukan kepada Luth A.S : “Sesungguhnya
ia (kaum Nabi Luth) akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya
saat jatuhnya azab adalah pada waktu Subuh. Bukankah waktu Subuh itu sudah
dekat?”
Menurut ahlul kitab, para malaikat itu menyuruh Luth dan orang-orang beriman
mendaki puncak gunung seraya berkata: “Pergilah, kami akan menunggumu sehingga
engkau benar-benar sudah jauh dan aman.”
Allah berfirman:
“Maka ketika azab Kami datang, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas
ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang
terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu
tidak jauh dari orang-orang yang zalim.” (Huud 82-83)
Negeri itu diporak-porandakan oleh Jibril dengan menggunakan sayapnya. Negeri
tersebut diangkat sampai ke langit kemudian dibalikkan dan dihujani dengan
batu-batu sehingga seluruh penduduknya mati. Demikianlah azab yang ditimpakan
kepada kaum Nabi Luth yang melampaui batas.
Moral cerita ini adalah sesuai dengan firman Allah S.W.T:
“Dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah. Lalu Allah
menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. Maka terhadap nikmat
Tuhanmu yang mana kamu ragu-ragu?” (Al Najm 53-55)
No comments:
Post a Comment